Kondisi kelas 4 [Foto : Hesty Ambarwati] |
SD IT Rabbani. Saya senantiasa
gelisah saat melakukan proses pembelajaran di kelas. Saat itu, kelas empat
sudah hampir seminggu selalu belajar matematika. Bukan berarti saya tidak
peduli pada mata pelajaran lainnya. Saya hanya sedang gelisah pada kemampuan
anak-anak untuk membaca soal, memahami maksudnya, menguraikan persoalannya, dan
menyelesaikan soalnya berdasarkan ilmu yang pernah mereka dapatkan. Seminggu
yang membuat mereka harus menangis darah mungkin. Seminggu yang kelam bersama
deretan soal tentang menghitung keliling dan luas jajargenjang serta segitiga.
Anak-anakku yang memiliki karakter gampang menyerah dan daya kompetisi rendah
semakin menampakkan kesuraman pada wajahnya.
“Ibuuuuu….da hese” teriak mereka
berkali-kali
Hari ke-2, saya mengajak mereka
untuk membuat catatan kecil tentang rumus keliling dan luas jajargenjang serta
segitiga. Saya menyediakan peralatan menggambar. Rumus saya tuliskan di depan
dengan warna-warna yang atraktif. Tidak tanggung-tanggung saya pun menggambar,
prestasi luar biasa untuk gambar saya yang abstrak.
“Ayo…sekarang kita buat catatan
kecil untuk rumus-rumus itu, di buku catatan, buat semenarik mungkin. Pakai
warna apa saja, gambar apa saja” ujarku.
Harap-harap cemas menanti mereka
membuat catatan. Dan, merekapun sibuk menggambar, lalu lupa menuliskan
rumusnya. Setelah saya ingatkan jangan lupa tulis rumusnya agar mudah diingat,
barulah mereka menuliskan rumusnya dengan sangat indah. Sampai-sampai saya
tidak mampu membaca dan memahaminya. Entahlah, mungkin mereka paham dengan
catatannya sendiri.
Setelahnya, saya mengajak mereka
senam otak terlebih dahulu. Jempol kanan keluar, kelingking kiri keluar. Jempol
kiri keluar, kelingking kanan keluar. Begitu seterusnya sampai mereka
berteriak.
“Ibu….heseeeeeee”
“Bisa kok, coba yang sudah bisa
maju contohkan ke teman-temannya”
Seorang muridpun maju dengan
malu-malu, mencontohkan pada muridnya. Ada harap di lubuk hati paling dalam,
mereka termotivasi untuk juga bisa.
“Ibuuuuuuu….hese ah” dan sayapun
diam.
“Awalnya mungkin sulit, tidak
terbiasa, tapi coba deh dilakukan terus, terus dan terus…nanti jadi mudah kok.
Begitupun dengan matematika, awalnya mungkin sulit, tidak bisa dan tidak
terbiasa, tapi coba dilakukan terus menerus pasti mudah” ujarku.
Pelatihan 13
Saya pun mengajak mereka bermain
detektif-detektifan. Dan mereka pun tidak terlalu bersemangat pada permainan
itu -_-. Belum baca detektif conan ataupun Sherlock Holmes tampaknya. Yang
berhasil dengan jawaban yang diharapkan oleh pembuat soal saya beri nilai 5 atas
kebenaran dan keberaniannya, yang belum berhasil tetap mendapatkan nilai 2
untuk keberanian mereka. Sebelum mereka maju, mereka saya buat panas terlebih
dahulu. Tidak dengan kayu bakar, tapi dengan perkalian.
“Ayo…hmmm….3 x 4…ngacung”
“12” Lisna menjawab
Ia pun maju ke depan, diikuti
teman-temannya yang lain. Nerakapun bermula. Mereka ternyata biasa memecahkan
soal dengan cara yang entah dari mana datangnya sayapun tidak mengerti,
merekapun tidak mengerti. Mungkin kasusnya seperti saya dulu saat sekolah,
mengkalikan, membagi, menambah, mengurangi angka-angka yang ada sampai ketemu
angka yang salah satunya ada dalam opsi. Like teacher like student.
“Sekarang aturannya dirubah, soal
yang ada dituliskan ke dalam : Diketahui (Dik), Ditanyakan (Dit), Jawab”
Saya hanya ingin mengajak mereka
menghargai proses. Bermanfaat pula untuk menguraikan hal rumit. Namun di depan
papan tulis mereka termangu.
“Ibu kumahaaaaa….hese ah…teu
ngartosss” bahasa yang sama.
“Coba baca dulu soalnya, ibu mau
dengar”
Merekapun membaca soalnya dengan
lantang
“Ok, kira-kira dapat petunjuk apa
saja dalam kasus itu?”
“Hah…maksudna naon bu?”
T_T
“Maksudnya, disana apa saja yang
diketahui”
“Hah?”
“Ada angka apa saja di soal, coba
bacakan”
“25”
“Apa katanya?”
“Alas”
“Nah…sekarang dituliskan di
“Diketahui”, Alas = 25 cm, nah begitu seterusnya”
“Terus kumaha bu?”
Saya pun galau tingkat dewa “……”
“Oh enya….20 cm tingginya”
celetuknya ringan
“Nah..sekarang apa coba yang
ditanyakan?”
“Alas?”
“…….”
“Baca lagi coba soalnya sayangku”
“Berapa luas segitiga tersebut”
“Jadi?”
“Luas nya bu?”
“Pintar…nah itu bisa…gampang
kan?”
Dan mereka pun berhasil
menguraikan soal tersebut. Lalu berlanjutlah pada proses selanjutnya,
memecahkan soal.
Mereka menuliskan “jawab” pada
papan tulis.
“Trus kumaha bu cara ngerjakeunna?”
Nah loh saya pun semakin galau.
“Tadi apa yang ditanya? Luas
segitiga kan ya? Coba cari rumusnya apa”
“Naon bu…da poho”
“Coba di buku catatan”
“Nu mana ibuuuuu”
“……”
“Oh enya…nu ieu”
Tangan kecilnya pun menuliskan L
= ½ x a x t
“Terus kumaha bu?”
“Tinggal dimasukkin deh
angka-angkanya”
Setelah 30 menit di depan papan
tulis akhirnya mereka pun bisa mengerjakannya dengan gembira.
Esoknya, saya mengulangi hal yang
sama. Dan akhirnya terpastikan, bahwa anak-anak lupa dengan proses yang
kemarin. Kembali saya bimbing sambil bertanya dalam hati, “sampai kapan”.
Seminggu kemudian. Ulangan harian
pun dilaksanakan. Soal yang pernah mereka kerjakan sendiri di papan tulis.
Hanya lima soal. Dengan proses yang sama dan jawaban yang sama. Dan saya dapati
wajah kelam kembali menghantui mereka saat mengerjakan soal-soal itu.
“Ibu..ah hese-hese teuing soal
teeeeeh” teriak seorang anak
“Ibu…da poho rumusnaaaa…doh rumus
luas jajargenjang teh naon nya” teriak yang lainnya
“Eh eta kelas tigaaaa…jalan-jalan
di bawaaaaah” dan jadilah paduan suara. Merekapun terdistraksi.
“Ibu masih lama teu?”
“Masih 45 menit lagi”
“Doh…lila keneh…bu…atos nya..bae
ah”
“Diusahakan dulu, Insya Allah ibu
tetap kasih point kok untuk soal yang dikerjakan”
“Oh kitu ?”
Khusyu. Dan setelahnya merekapun
mengumpulkan soal-soal tersebut. Setelah diperiksa, Alhamdulillah nilai mereka
luar biasa beragam. 5, 4, 10, dan paling besar adalah 66 (Tapi jujur looh).
Berat, karena saya tidak ingin mereka kecewa, lantas semakin tidak peduli,
tidak percaya diri pada kapasitas dirinya sendiri.
Maafkan ibu nak, belum mampu
membuatmu memahaminya dan menyenanginya. [HA - 5 Februari 2012]
Brasil - babyliss nano titanium flat iron
BalasHapusBrasil - tecate titanium babyliss nano titanium flat iron | Tinted with graphite. Made from Tinted titanium lug nuts aluminum for an easy to titanium uses use display oakley titanium glasses and storage. where is titanium found