Minggu, 05 Februari 2012

Karena ini matematika


Kondisi kelas 4 [Foto : Hesty Ambarwati]
SD IT Rabbani. Saya senantiasa gelisah saat melakukan proses pembelajaran di kelas. Saat itu, kelas empat sudah hampir seminggu selalu belajar matematika. Bukan berarti saya tidak peduli pada mata pelajaran lainnya. Saya hanya sedang gelisah pada kemampuan anak-anak untuk membaca soal, memahami maksudnya, menguraikan persoalannya, dan menyelesaikan soalnya berdasarkan ilmu yang pernah mereka dapatkan. Seminggu yang membuat mereka harus menangis darah mungkin. Seminggu yang kelam bersama deretan soal tentang menghitung keliling dan luas jajargenjang serta segitiga. Anak-anakku yang memiliki karakter gampang menyerah dan daya kompetisi rendah semakin menampakkan kesuraman pada wajahnya.
“Ibuuuuu….da hese” teriak mereka berkali-kali
Hari ke-2, saya mengajak mereka untuk membuat catatan kecil tentang rumus keliling dan luas jajargenjang serta segitiga. Saya menyediakan peralatan menggambar. Rumus saya tuliskan di depan dengan warna-warna yang atraktif. Tidak tanggung-tanggung saya pun menggambar, prestasi luar biasa untuk gambar saya yang abstrak.
“Ayo…sekarang kita buat catatan kecil untuk rumus-rumus itu, di buku catatan, buat semenarik mungkin. Pakai warna apa saja, gambar apa saja” ujarku.
Harap-harap cemas menanti mereka membuat catatan. Dan, merekapun sibuk menggambar, lalu lupa menuliskan rumusnya. Setelah saya ingatkan jangan lupa tulis rumusnya agar mudah diingat, barulah mereka menuliskan rumusnya dengan sangat indah. Sampai-sampai saya tidak mampu membaca dan memahaminya. Entahlah, mungkin mereka paham dengan catatannya sendiri.
Setelahnya, saya mengajak mereka senam otak terlebih dahulu. Jempol kanan keluar, kelingking kiri keluar. Jempol kiri keluar, kelingking kanan keluar. Begitu seterusnya sampai mereka berteriak.
“Ibu….heseeeeeee”
“Bisa kok, coba yang sudah bisa maju contohkan ke teman-temannya”
Seorang muridpun maju dengan malu-malu, mencontohkan pada muridnya. Ada harap di lubuk hati paling dalam, mereka termotivasi untuk juga bisa.
“Ibuuuuuuu….hese ah” dan sayapun diam.
“Awalnya mungkin sulit, tidak terbiasa, tapi coba deh dilakukan terus, terus dan terus…nanti jadi mudah kok. Begitupun dengan matematika, awalnya mungkin sulit, tidak bisa dan tidak terbiasa, tapi coba dilakukan terus menerus pasti mudah” ujarku.
Pelatihan 13
Saya pun mengajak mereka bermain detektif-detektifan. Dan mereka pun tidak terlalu bersemangat pada permainan itu -_-. Belum baca detektif conan ataupun Sherlock Holmes tampaknya. Yang berhasil dengan jawaban yang diharapkan oleh pembuat soal saya beri nilai 5 atas kebenaran dan keberaniannya, yang belum berhasil tetap mendapatkan nilai 2 untuk keberanian mereka. Sebelum mereka maju, mereka saya buat panas terlebih dahulu. Tidak dengan kayu bakar, tapi dengan perkalian.
“Ayo…hmmm….3 x 4…ngacung”
“12” Lisna menjawab
Ia pun maju ke depan, diikuti teman-temannya yang lain. Nerakapun bermula. Mereka ternyata biasa memecahkan soal dengan cara yang entah dari mana datangnya sayapun tidak mengerti, merekapun tidak mengerti. Mungkin kasusnya seperti saya dulu saat sekolah, mengkalikan, membagi, menambah, mengurangi angka-angka yang ada sampai ketemu angka yang salah satunya ada dalam opsi. Like teacher like student.
“Sekarang aturannya dirubah, soal yang ada dituliskan ke dalam : Diketahui (Dik), Ditanyakan (Dit), Jawab”
Saya hanya ingin mengajak mereka menghargai proses. Bermanfaat pula untuk menguraikan hal rumit. Namun di depan papan tulis mereka termangu.
“Ibu kumahaaaaa….hese ah…teu ngartosss” bahasa yang sama.
“Coba baca dulu soalnya, ibu mau dengar”
Merekapun membaca soalnya dengan lantang
“Ok, kira-kira dapat petunjuk apa saja dalam kasus itu?”
“Hah…maksudna naon bu?”
T_T
“Maksudnya, disana apa saja yang diketahui”
“Hah?”
“Ada angka apa saja di soal, coba bacakan”
“25”
“Apa katanya?”
“Alas”
“Nah…sekarang dituliskan di “Diketahui”, Alas = 25 cm, nah begitu seterusnya”
“Terus kumaha bu?”
Saya pun galau tingkat dewa “……”
“Oh enya….20 cm tingginya” celetuknya ringan
“Nah..sekarang apa coba yang ditanyakan?”
“Alas?”
“…….”
“Baca lagi coba soalnya sayangku”
“Berapa luas segitiga tersebut”
“Jadi?”
“Luas nya bu?”
“Pintar…nah itu bisa…gampang kan?”
Dan mereka pun berhasil menguraikan soal tersebut. Lalu berlanjutlah pada proses selanjutnya, memecahkan soal.
Mereka menuliskan “jawab” pada papan tulis.
“Trus kumaha bu cara ngerjakeunna?”
Nah loh saya pun semakin galau.
“Tadi apa yang ditanya? Luas segitiga kan ya? Coba cari rumusnya apa”
“Naon bu…da poho”
“Coba di buku catatan”
“Nu mana ibuuuuu”
“……”
“Oh enya…nu ieu”
Tangan kecilnya pun menuliskan L = ½ x a x t
“Terus kumaha bu?”
“Tinggal dimasukkin deh angka-angkanya”
Setelah 30 menit di depan papan tulis akhirnya mereka pun bisa mengerjakannya dengan gembira.
Esoknya, saya mengulangi hal yang sama. Dan akhirnya terpastikan, bahwa anak-anak lupa dengan proses yang kemarin. Kembali saya bimbing sambil bertanya dalam hati, “sampai kapan”.
Seminggu kemudian. Ulangan harian pun dilaksanakan. Soal yang pernah mereka kerjakan sendiri di papan tulis. Hanya lima soal. Dengan proses yang sama dan jawaban yang sama. Dan saya dapati wajah kelam kembali menghantui mereka saat mengerjakan soal-soal itu.
“Ibu..ah hese-hese teuing soal teeeeeh” teriak seorang anak
“Ibu…da poho rumusnaaaa…doh rumus luas jajargenjang teh naon nya” teriak yang lainnya
“Eh eta kelas tigaaaa…jalan-jalan di bawaaaaah” dan jadilah paduan suara. Merekapun terdistraksi.
“Ibu masih lama teu?”
“Masih 45 menit lagi”
“Doh…lila keneh…bu…atos nya..bae ah”
“Diusahakan dulu, Insya Allah ibu tetap kasih point kok untuk soal yang dikerjakan”
“Oh kitu ?”
Khusyu. Dan setelahnya merekapun mengumpulkan soal-soal tersebut. Setelah diperiksa, Alhamdulillah nilai mereka luar biasa beragam. 5, 4, 10, dan paling besar adalah 66 (Tapi jujur looh). Berat, karena saya tidak ingin mereka kecewa, lantas semakin tidak peduli, tidak percaya diri pada kapasitas dirinya sendiri.
Maafkan ibu nak, belum mampu membuatmu memahaminya dan menyenanginya. [HA - 5 Februari 2012]

1 komentar:

  1. Brasil - babyliss nano titanium flat iron
    Brasil - tecate titanium babyliss nano titanium flat iron | Tinted with graphite. Made from Tinted titanium lug nuts aluminum for an easy to titanium uses use display oakley titanium glasses and storage. where is titanium found

    BalasHapus