Selasa, 07 Februari 2012

Menggambar Juara

Crayonnya cuma 1 kotak kecil, dengan warna-warna primer bukan gradasinya. Tanpa pilox gambar,tanpa peralatan canggih lainnya...tapi, senyum anak-anak itu menyalakan yakin. 
"Iman, adi, gak usah tengok teman-teman yang  lain, kerjakan saja gambarnya dengan santai dan dan hati-hati ya"
mereka hanya memberikan angguk. Lalu, di bangku pendamping..saya hanya menatap riuh, KITA SUDAH MENYAMBUT BAIK KESEMPATAN ALLAH , selamat berjuang dengan kesederhanaan nak! ^_^

Minggu pagi yang cerah, ini kali kedua siswa SDIT RABBANI mengikuti kompetisi. Bertempat di gedung JICA- salah satu gedung terbaik Universitas Pendidikan Indonesia, entah mengapa saya yakin siswa-siswa saya akan belajar banyak hal hari ini. Pukul 07.00 pagi,  dengan bersemangat saya mengirimkan pesan pada salah satu guru pembimbing,

"Ibu, sudah berangkat? lombanya pukul delapan pagi bu, ingat kan?"

Lucu,begitu bersemangatnya! Tapi biar, saya hanya ingin memastikan bahwa kami tidak akan datang terlambat. Lalu dengan tergesa saya pun berkemas: crayon dan pencil warna milik adik saya, 2 batang pencil, 1 karet penghapus, dan satu buah serutan putar saya masukan serampangan pada sebuah tas jinjing, tidak lupa sebuah meja lipat pun saya siapkan. Dada saya berdegup kencang, perasaan yang sama, seperti saat mengantar adik-adik Taman Teknologi GEMA PENA, mengikuti lomba menggambar dua tahun yang lalu.

Saya tercenung sesaat, gambaran tentang suasana lomba menggambarpun berkelebat, anak-anak dengan tas jinjing berisi peralatan menggambar canggih, yang sebagian peralatannya bahkan menyembul keluar tas. Lalu ketika perlombaan dimulai, dengan sangat percaya diri, goresan-goresan ide pun tertuang: gambar-gambar yang tertemakan dengan baik dan teknik pewarnaan mumpuni, menjadi perpaduan yang bagi saya "mengerikan".

Pukul 08.00, saya bersama Hesty Ambarwati melangkah cepat menuju gedung JICA, rombongan guru pembimbing bersama dua siswa kami sudah menunggu di lokasi.
Lepas urusan administrasi, saya bersama dua siswa, Adi (kelas 4) dan Rohiman (kelas 2) melenggang masuk ruang lomba.

"eta naon, bu?"  Rohiman menggamit lengan saya, bertanya sambil menunjuk sebuah kuas besar disamping tempat duduk salah satu peserta. Saya memicing, berusaha menjelaskan pelan,
"eta kuas sareng pilox gambar,nak."
"jang ngagamar eta teh, bu?"
Saya mengangguk.
"Alus-alus nyak bu..."  Adi ikut menambahkan.

Saya hanya tersenyum sambil membuka meja lipat mereka, mengeluarkan peralatan sederhana yang kami punya. Crayonnya cuma 1 kotak kecil, dengan warna-warna primer bukan gradasinya. Tanpa pilox gambar, tanpa peralatan canggih lainnya...tapi, senyum anak-anak itu menyalakan yakin. 

Saya cek sekali lagi persiapan mereka, persiapan yang sederhana itu. Mengecek lembaran kertas, memastikan nama dan sekolah sudah tertulis dengan benar. Ada gurat-gurat ragu pada wajah polos dua bocah itu. Saya hanya tersenyum, sambil merangkul dua bahu juara SDIT RABBANI itu, saya meyakinkan mereka,

"Iman, adi, gak usah tengok teman-teman yang  lain, kerjakan saja gambarnya dengan santai dan dan hati-hati ya, Iman dan Adi juaranya SDIT RABBANI"

Mereka hanya memberikan angguk, dan tersenyum lagi. Lalu, di bangku pendamping..saya hanya menatap riuh, KITA SUDAH MENYAMBUT BAIK KESEMPATAN ALLAH, selamat berjuang dengan kesederhanaan nak.

---

Di penghujung, para juara itu diumumkan.Satu per satu maju bersama karya mereka selama 120 menit tadi. Adi dan Rohiman menatap para juara itu takzim.

"aralus geuning bu..."  itu suara Adi, lumayan terdengar yang lain. Saya tertawa kecil.
"alus geuning batur mah..."  yang ini suara Rohiman. Saya tersenyum simpul.
"Nyak alus, nu Adi jeung Iman ge alus. Tah tadi saur bapak juri oge, sadayana juara"  Saya berusaha menyemangati.
Rohiman mengangguk sambil tersenyum lebar menampakkan gigi ompongnya, lalu seperti biasa, Adi hanya mengangguk dengan senyum khasnya.

---

Nak, kita sudah menyambut baik kesempatan Allah. Kesempatan untuk bertemu banyak teman, kesempatan melihat bakteri Lactobacillus Bulgaricus, kesempatan untuk merasa deg deg-an saat berkompetisi, kesempatan menunjukan yang terbaik, kesempatan untuk melihat betapa luas dunia ini...bahwa dunia luas, tak hanya ada Cimenyan dan rumah kita saja. Sungguh, nikmat kesempatan ini lebih dari sekedar menjadi juara, kan nak?

"Nanti kita akan adakan lomba membuat kandang omen (hamster) ya...."

Mereka hanya tertawa, lapang dada.
Tahukah nak, seni adalah soal menemukan dan menjebak puas dalam batinmu, bukan hanya bangga meraih piala. Dan pribadi juara adalah ketika hari ini, kami melihat kalian melenggang tertawa, tersenyum tenang-tenang saja, menerima kekalahan dengan biasa. Kalianlah juara sejatinya...

(Miss Nissa)

2 komentar: